Mencontek, Budaya Para Siswa

Hari ini, saatnya para siswa menerima hasil Raport nya setelah kemaren menempuh Ulangan Semester. Deg-degan sudah pasti, walaupun ini bukan Ujian Nasional.

Di pagi hari yang cerah...
"Mam, ntar nilaiku gimana yah??"
"Jelek, pastinya" jawabku.
"Sok tahu banget sih"
"Ya kalaupun bagus, bukan hasil pikiranmu"
"Yeee, nyontek dikit, hehehe..."
"Iya, bikin contekan juga"
Dengan paras bingung, adeku mungkin bertanya-tanya dalam hati. Kok kakaknya bisa tahu yah?? Kembali berfikir, pelajaran apa yang dia bikin contekan. Udah keliatan, bingung, tapi sambil senyum-senyum.

"Udah nggak usah bingung, nih" sambil kusodorkan HP.
"Kok, dipotret sih??"
"Kenapa?? Malu?? Hahahagz...."
"Kemarin, pas bersih-bersih kamar kamu, dapet itu tuh"


Mecontek mungkin sudah menjadi budaya para siswa. Mencontek adalah usaha untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara yang tidak sah. Aneh yah, mencontek kan jelek, kenapa disebut budaya? Tapi toh itu sah-sah saja, selama nggak ketahuan. Hehehe...

Dalam kesehariannya pun para siswa sudah mencontek. Mencontek pekerjaan rumah, laporan praktikum dan lain sebagainya. Bahkan ketika Ujian Nasional yang diawasi ketat saja masih ada yang mencontek. Mencontek dilakukan karena ingin mendapatkan nilai baik, dan keberhasilan yang disebut lulus. Bukankah mencontek sama halnya dengan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri??

Kalau dalam Ujian Nasional, siapa ketahuan menyontek, pasti diperingatkan dulu. Hal ini mungkin karena guru sangat peduli akan masa depan siswa. Tak mungkin guru langsung mencoret nama siswa dan menyatakan gagal. Baru nanti jika memang siswa benar-benar susah diperingatkan, dan ketahuan menyontek lagi, mungkin pengawas akan bertindak tegas. Tapi aku rasa, siswa sekali diperingatkan tak akan membantah lagi, karena dia tahu, masa depannya ada pada dia hari ini.

Lain halnya pada Black Innovation Award yang diadakan oleh Djarum Black. Dalam kompetisi desain alat inovatif ini benar-benar murni hasil karya peserta. Peserta yang menyontek peserta lain langsung didiskualifikasi. Benar-benar mengasah kemampuan dan cara berpikir peserta. Sehingga melahirkan jiwa muda yang kreatifa dan inovatif.